Rabu, 31 Agustus 2016

Hawa adalah Wanita Pertama di Surga

          QS Al-Baqarah, 2: 35

Allah Swt. Memberitakan kemuliaan yang diberikan kepada Adam sesudah dia menyuruh malaikat untuk bersujud kepada Adam. Lalu Allah memerintahkan Adam untuk tinggal di surga, makan dan minum sepuasnya. Abu Dzar Ra. Bertanya, ‘’Apakah Adam itu seorang Nabi?’’ Nabi Saw. Menjawab, ‘’Ya, dia seorang nabi dan rasul yang berbicara langsung dengan Allah, yaitu ketika Allah berfirman, {…Tinggallah kamu dan istrimu di dalam surga…}

        Adam As. Sudah sudah terlebih dulu tinggal di surga, lalu Hawa diciptakan sebagai permpuan pertama untuk menemaninya sesuai perintah Allah Swt. Pada suatu masa, iblis berhasil menggoda mereka. Lalu turunlah perintah Allah Swt untuk mengeluarkan Adam dan Hawa keluar daru surga karena melanggar perintahnya-Nya.
        Ibnu Mas’ud dan beberapa sahabat berkata, ‘’Iblis diusir dari surga, sedangkan Adam As. di tempatkan di surga. Adam pun berjalan-jalan kesepian di surga. Tiba-tiba dia tertidur. Ketika bangun, Hawa telah berada di sampingnya untuk tinggal bersamanya. Lalu, Hawa disapa oleh Adam, ‘’Siapakah engkau?’’ Hawa menjawab, ‘’Saya seorang wanita. ‘’Kemudian ditanya lagi, ‘’Untuk apa engkau diciptakan? ‘’Hawa menjawab, untuk tinggal bersamamu di surga. ‘’Malaikat ingin mengetahui ilmu Adam seraya bertanya, ‘’Siapa namanya wahai Adam? Adam menjawab, “Hawa” Kemudian ditanya lagi, “Kenapa Hawa?” Adam menjawab lagi, “Karena dia diciptakan dari benda hidup.”
        Manusia dapat meraih kedudukan malaikat dengan cara menepati janjinya kepada Allah, mengendalikan kehendaknya, tida tunduk pada syahwatnya, dan mampu mengatasi godaan setan. Terjerumus dalam kesesatan akan mencelakakan dan menjauhkan martabat manusia kepada kehinahan melebihi kehinaan binatang. Kisah ini mengingatkan kepada manusia agar selalau waspada di berbagai kesempatan karena setan akan terus mengganggu anak cucu Adam sampai hari kiamat, sesuai janjinya kepada Allah Swt. (Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur’anil ‘Azim, Jilid 1, 1996: 82-83).


        (Al-Nia)

Selasa, 30 Agustus 2016

Seruan agar Wanita Menyembah Allah

QS AL-Baqarah, 2: 21

Inilah seruan kepada seluruh manusia, baik laki-laki maupun perempuan, agar menyembah Allah Swt. Yang telah menciptakan dan menuntut mereka untuk memurnikan ibadah hanya kepada-Nya.

Ibnu Mas’ud Ra. Bertanya kepada Rasulullah Saw., ‘’Hai Rasulullah, apa dosa besar disisi Allah?’’ Rasulullah Saw. Menjawab, ‘’Engkau menyekutukan Allah, padahal Allah yang telah menciptakanmu.’’ (HR Bukhari Muslim).

Al-Harits Al-Asy’ari Ra. Berkata, Nabi Saw. Bersabda, ‘’Sesungguhnya Allah Swt. Menyuruh Yahya bin Zakaria As. Supaya mengerjakan lima perkara dan menyuruh Bani Israil untuk melaksanakannya, tetapi ia lambat menyampaikan hal tersebut kepada Bani Israil, sehingga ia ditegur oleh Isa As., ‘’Sungguh Allah telah menyuruhmu melaksanakan lima perkara dan menyuruh Bani Israil supaya melaksanakannya. Jika engkau tidak dapat menyampaikannya, maka akulah yang akan menyampaikannya. ‘’Yahya menjawab, ‘’Hai saudaraku, aku khawatir jika engkau yang menyampaikannya, maka aku akan disiksa dan dibinasakan-Nya,’’ Lalu Yahya segera mengumpulkan Bani Israil di Baitul Maqdis hingga memenuhi ruangan masjid. Kemudian dia duduk di atas mimbar seraya berkata, ‘’Allah telah menyuruhku melaksanakan lima perkara: pertama, hendaklah kalian menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya. Kedua, dia menyuruh kalian mengerjakan Sholat. Ketiga, dia menyuruh kalian berpuasa. Keempat, dia menyuruh kalian besedekah. Dan kelima, dia menyuruh kalian berzikir.’’ Rasul Saw. Bersabda, ‘’Dan aku menyuruh kamu melaksanakan lima perkara yang diperintahkan Allah kepadaku, yakni bersatu (berjamaah), mendengar dan menaati pemimpin, berhijrah dan berjihad di jalan Allah. Sesungguhnya barangsiapa yang keluar dari Jama’atul Muslimin walau sejengkal saja, berarti mereka telah melepaskan ikatan islam dari lehernya. Dan barangsiapa yang mengajak kembali kecara jahiliyah, maka ia termasuk penghuni jahannam.’’ Sahabat bertanya, ‘’Ya Rasulullah, walaupun ia sholat dan puasa?’’ Nabi Saw. Menjawab, ‘’Walaupun dia sholat, puasa dan mengaku muslim. Maka sebutlah kaum muslimin itu dengan telah ditentukan oleh Allah Swt., yaitu Al-Muslimin, Al-Mu’minin dan ‘Ibadullah.’’ (HR Ahmad).(Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur’anil ‘Azim, Jilid 1, 1996: 60-61).


                                                                                                                                                                    
(Al-Nia)

Al-Qur'an Menjadi Petunjuk bagi Wanita Bertakwa

QS Al-Baqarah, 2:2

Al-Qur'an ini merupakan petunjuk bagi orang yang bertakwa, tidak terkecuali bagi wanita. Orang yang ingin mendapat petunjuk dari Al-Qur'an harus berinterkasi dengannya dengan hati yang sehat, jernih, takut, waspada, dan hati-hati. Pada saat itulah Al-Qur’an akan membukakan berbagai rahasia dan cahayanya pada hati orang yang bertakwa.

Didiriwayatkan bahwa Umar bin Khatab Ra. Bertanya kepada Ubay bin Ka’ab tentang takwa. Ubay kembali bertanyak kepada Umar, ’’Apakah engau pernah menempuh jalan berduri?’’ Umar menjawab, ’’Pernah’’ Ubay kembali bertanya,’’ Apa yang engkau lakukan?’’ Umar menjawab, ‘’Aku berusaha keras dan bersungguh-sungguh’’ Ubay bin Ka’ab berkata, ‘’Itulah takwa.’’ (HR Al-baihaqi).
Itulah hakikat takwa, yakni kepekaan hati nurani, kebeningan perasaan, rasa takut yang terus menerus, bersikap hati-hati dan waspada terhadap duri-diri jalan. Dalam menjalani kehidupan ini, banyak sekali tarikan duri-duri nafsu dan syahwat, duri-duri ambisi dan angan-angan, duri-duri kecemasan dan kegaulan, duri –duri harapan palsu kepada orang yang sesungguhnya tidak memiliki kemampuan untuk memenuhi harapan, duri-duri ketakutan palsu terhadap orang yang tidak mampu memberi manfaat ataupun bahaya, dan masih banyak duri-duri lainnya.
Wanita yang bertakwa tidak akan mudah tergelincir oleh duri-duri kehidupan karene benteng takwa telah mengondisikan hatinya untuk bisa mengambil dan menerima Al-Qur’an sebegai petunjuk kehidupannya. (Sayyid Qubt, 2002, Fi Zilalil Qur’an, Jilid 1 : 64)
Qatadah mengatakan bahwa orang-orang yang bertakwa adalah orang-orang yang percaya kepada yang gaib dan mendirikan sholat.
Abu Rauq meriwayatkan Dahhak, dari Ibnu Abbas Ra. Mengenai ‘hudal lil muttaqin’, ia mengatakan bahwa mereka adalah orang-orang yang mukmin yang menjauhkan diri dari kemusyrikan terhadap Allah dan selalu beramal dengan cara menaati-Nya.
Dari At-Tiyah As-Sudi Ra., ia berkata, Rasulullah Saw. Bersabda, ’’Seorang hamba tidak akan sampai pada derajat takwa hingga dia meninggalkan sesuatu yang mubah karena khawatir terjerumus dosa.’’ (HR Tirmizin).(Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur’an Al-Azim, Jilid 1, 1996: 42).


(Al-Nia)