QS
Al-Baqarah, 2:2
Al-Qur'an
ini merupakan petunjuk bagi orang yang bertakwa, tidak terkecuali bagi wanita.
Orang yang ingin mendapat petunjuk dari Al-Qur'an harus berinterkasi dengannya
dengan hati yang sehat, jernih, takut, waspada, dan hati-hati. Pada saat itulah
Al-Qur’an akan membukakan berbagai rahasia dan cahayanya pada hati orang yang
bertakwa.
Didiriwayatkan
bahwa Umar bin Khatab Ra. Bertanya kepada
Ubay bin Ka’ab tentang takwa. Ubay kembali bertanyak kepada Umar, ’’Apakah
engau pernah menempuh jalan berduri?’’ Umar menjawab, ’’Pernah’’ Ubay kembali
bertanya,’’ Apa yang engkau lakukan?’’ Umar menjawab, ‘’Aku berusaha keras dan
bersungguh-sungguh’’ Ubay bin Ka’ab berkata, ‘’Itulah takwa.’’ (HR Al-baihaqi).
Itulah
hakikat takwa, yakni kepekaan hati nurani, kebeningan perasaan, rasa takut yang
terus menerus, bersikap hati-hati dan waspada terhadap duri-diri jalan. Dalam menjalani
kehidupan ini, banyak sekali tarikan duri-duri nafsu dan syahwat, duri-duri
ambisi dan angan-angan, duri-duri kecemasan dan kegaulan, duri –duri harapan
palsu kepada orang yang sesungguhnya tidak memiliki kemampuan untuk memenuhi
harapan, duri-duri ketakutan palsu terhadap orang yang tidak mampu memberi
manfaat ataupun bahaya, dan masih banyak duri-duri lainnya.
Wanita
yang bertakwa tidak akan mudah tergelincir oleh duri-duri kehidupan karene
benteng takwa telah mengondisikan hatinya untuk bisa mengambil dan menerima
Al-Qur’an sebegai petunjuk kehidupannya. (Sayyid Qubt, 2002, Fi Zilalil Qur’an,
Jilid 1 : 64)
Qatadah
mengatakan bahwa orang-orang yang bertakwa adalah orang-orang yang percaya
kepada yang gaib dan mendirikan sholat.
Abu
Rauq meriwayatkan Dahhak, dari Ibnu Abbas Ra.
Mengenai ‘hudal lil muttaqin’, ia mengatakan bahwa mereka adalah
orang-orang yang mukmin yang menjauhkan diri dari kemusyrikan terhadap Allah
dan selalu beramal dengan cara menaati-Nya.
Dari
At-Tiyah As-Sudi Ra., ia berkata,
Rasulullah Saw. Bersabda, ’’Seorang hamba
tidak akan sampai pada derajat takwa hingga dia meninggalkan sesuatu yang mubah
karena khawatir terjerumus dosa.’’ (HR Tirmizin).(Ibnu Katsir, Tafsir
Al-Qur’an Al-Azim, Jilid 1, 1996: 42).
(Al-Nia)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar