Selasa, 30 Agustus 2016

Al-Qur'an Menjadi Petunjuk bagi Wanita Bertakwa

QS Al-Baqarah, 2:2

Al-Qur'an ini merupakan petunjuk bagi orang yang bertakwa, tidak terkecuali bagi wanita. Orang yang ingin mendapat petunjuk dari Al-Qur'an harus berinterkasi dengannya dengan hati yang sehat, jernih, takut, waspada, dan hati-hati. Pada saat itulah Al-Qur’an akan membukakan berbagai rahasia dan cahayanya pada hati orang yang bertakwa.

Didiriwayatkan bahwa Umar bin Khatab Ra. Bertanya kepada Ubay bin Ka’ab tentang takwa. Ubay kembali bertanyak kepada Umar, ’’Apakah engau pernah menempuh jalan berduri?’’ Umar menjawab, ’’Pernah’’ Ubay kembali bertanya,’’ Apa yang engkau lakukan?’’ Umar menjawab, ‘’Aku berusaha keras dan bersungguh-sungguh’’ Ubay bin Ka’ab berkata, ‘’Itulah takwa.’’ (HR Al-baihaqi).
Itulah hakikat takwa, yakni kepekaan hati nurani, kebeningan perasaan, rasa takut yang terus menerus, bersikap hati-hati dan waspada terhadap duri-diri jalan. Dalam menjalani kehidupan ini, banyak sekali tarikan duri-duri nafsu dan syahwat, duri-duri ambisi dan angan-angan, duri-duri kecemasan dan kegaulan, duri –duri harapan palsu kepada orang yang sesungguhnya tidak memiliki kemampuan untuk memenuhi harapan, duri-duri ketakutan palsu terhadap orang yang tidak mampu memberi manfaat ataupun bahaya, dan masih banyak duri-duri lainnya.
Wanita yang bertakwa tidak akan mudah tergelincir oleh duri-duri kehidupan karene benteng takwa telah mengondisikan hatinya untuk bisa mengambil dan menerima Al-Qur’an sebegai petunjuk kehidupannya. (Sayyid Qubt, 2002, Fi Zilalil Qur’an, Jilid 1 : 64)
Qatadah mengatakan bahwa orang-orang yang bertakwa adalah orang-orang yang percaya kepada yang gaib dan mendirikan sholat.
Abu Rauq meriwayatkan Dahhak, dari Ibnu Abbas Ra. Mengenai ‘hudal lil muttaqin’, ia mengatakan bahwa mereka adalah orang-orang yang mukmin yang menjauhkan diri dari kemusyrikan terhadap Allah dan selalu beramal dengan cara menaati-Nya.
Dari At-Tiyah As-Sudi Ra., ia berkata, Rasulullah Saw. Bersabda, ’’Seorang hamba tidak akan sampai pada derajat takwa hingga dia meninggalkan sesuatu yang mubah karena khawatir terjerumus dosa.’’ (HR Tirmizin).(Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur’an Al-Azim, Jilid 1, 1996: 42).


(Al-Nia)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar