Jumat, 01 Mei 2020

Sunnah yang Hilang: Bacaan Setelah Membaca Al-Qur’an

Penjelasan menarik mengenai bacaan penutup setelah membaca al-Qur’an.


 .الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله
،أما بعد: فإنَّ إحياء السنن النبوية من أعظم القربات إلى الله

Sesungguhnya menghidupkan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah termasuk amal yang sangat bernilai untuk mendekatkan diri kepada Allah.

فَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللهِ ، قَالَ: (( مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنْ الأَجْرِ مِثْلُأُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ لا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا )) 
[رواه مسلم] 

Dari Abu Hurairah Radiyallahu'anhu , Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa yang mengajak orang lain kepada kebaikan maka baginya pahala semua orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun” 
(Hadith Riwayat Muslim).

      :فإليكم أحبتي في الله، هذه السُّنة التي غفل عنها كثيرٌ من الناس

Saudaraku, berikut ini adalah sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang sudah dilalaikan oleh banyak orang.


:يُسْتَحَبُّ بعد الانتهاء من تلاوة القرآن أن يُقال
.((سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ،لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ))

Setelah selesai membaca al-Qur’an dianjurkan untuk mengucapkan bacaan berikut ini: Subhanakallahumma wa bihamdika laa ilaha illa anta astaghfiruka wa atubu ilaika. Yang artinya: maha suci Engkau ya Allah sambil memuji-Mu. Tiada sesembahan yang berhak disembah melainkan Engkau. Aku memohon ampun dan bertaubat kepada-Mu.

الدليل: عَنْ عَائِشَةَ، قَالَتْ : مَا جَلَسَ رَسُولُ اللهِ مَجْلِسًا قَطُّ، وَلاَ تَلاَ قُرْآناً، وَلاَ صَلَّى صَلاَةً إِلاَّ خَتَمَ ذَلِكَ بِكَلِمَاتٍ، قَالَتْ: فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، أَرَاكَ مَا تَجْلِسُ مَجْلِساً، وَلاَ تَتْلُو قُرْآنًا، وَلاَ تُصَلِّي صَلاَةً إِلاَّ خَتَمْتَ بِهَؤُلاَءِ الْكَلِمَاتِ ؟
قَالَ: (( نَعَمْ، مَنْ قَالَ خَيْراً خُتِمَ لَهُ طَابَعٌ عَلَى ذَلِكَ الْخَيْرِ، وَمَنْ قَالَ شَرّاً كُنَّ لَهُ كَفَّارَةً: سُبْحَانَكَ [وَبِحَمْدِكَ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ))¹

Dalilnya, dari Aisyah Radiyallahu'anha beliau berkata, “Tidaklah Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam- duduk di suatu tempat atau membaca al-Qur’an ataupun melaksanakan shalat kecuali beliau akhiri dengan membaca beberapa kalimat”. Akupun bertanya kepada Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam-, “Ya Rasulullah, tidaklah anda duduk di suatu tempat, membaca al Qur’an ataupun mengerjakan shalat melainkan anda akhiri dengan beberapa kalimat?” 
Jawaban beliau, “Betul, barang siapa yang mengucapkan kebaikan maka dengan kalimat tersebut amal tadi akan dipatri dengan kebaikan. Barang siapa yang mengucapkan kejelekan maka kalimat tersebut berfungsi untuk menghapus dosa. Itulah ucapan Subhanakallahumma wa bihamdika laa ilaha illa anta astaghfiruka wa atubu ilaika.

 إسناده صحيح: أخرجه النسائي في “السنن الكبرى” (9/123/10067)، والطبراني في “الدعاء” (رقم1912)، والسمعاني في “أدب الإملاء والاستملاء” (ص75)، وابن ناصر الدين في “خاتمة توضيح المشتبه”(9/282

Hadits di atas sanadnya shahih, diriwayatkan oleh Nasa-i dalam Sunan Kubro 9/123/10067, Thabrani dalam ad-Du'a No. 1912, Sam’ani dalam Adab al-Imla’ wa al-Istimla’ hal. 75 dan Ibnu Nashiruddin dalam Khatimah Taudhih al-Musytabih 9/282.

وقال الحافظ ابن حجر في “النكت” (2/733): [إسناده صحيح]، وقال الشيخ الألباني في “الصحيحة” (7/495): [هذا إسنادٌ صحيحٌ أيضاً على شرط مسلم]، وقال الشيخ مُقْبِل الوادعي في “الجامع الصحيح مما ليس في الصحيحين”)(2/12) هذا حديثٌ صحيحٌ 

Al-Hafizh Ibnu Hajar dalam an-Nukat 2/733 mengatakan, “Sanadnya shahih”. Syaikh al-Albani dalam Shahihah 7/495 mengatakan, “Sanad ini adalah sanad yang juga shahih menurut kriteria Muslim”. Syaikh Muqbil al-Wadi’I dalam al-Jami’ al-Shahih mimma laisa fi al-Shahihain 2/12 mengatakan, “Hadits ini adalah hadits yang shahih”.

.[وقد بَوَّبَ الإمام النسائي على هذا الحديث بقوله: [ما تُختم به تلاوة القرآن

Hadits ini diberi judul bab oleh Nasai dengan judul “Bacaan penutup setelah membaca al-Qur’an”.

Catatan:

Realita menunjukkan bahwa ketika banyak orang meninggalkan amalan yang sesuai dengan sunah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam maka muncullah amalan yang mengada-ada.
Banyak orang mengganti bacaan yang sesuai sunah Nabi di atas dengan bacaan tashdiq yaitu ucapan Shadaqallahul ‘azhim yang tidak ada dalilnya.

Minggu, 01 Januari 2017

Iman kepada Hari Kiamat


Hasil gambar untuk gambar kyai ceramah kartun
                Kiai Burhan baru saja bercerita perihal keadaan surga dan neraka kepada sejumlah jamaah di masjid. Tiba-tiba Hari mengacungkan tangannya. Ia seorang pemuda yang dikenal keras kepala oleh warga sekitarnya. Matanya memperlihatkan rasa ketidaksenangan terhada cerita Kiai Burhan. Dengan suara lantang ia berkata,”Kiai boleh saya bertanya?”
                “Silahkan!” jawab Kiai Burhan
                “Dari tadi saya mendengarkan Kiai bercerita begitu terang mengenai surga dan neraka, apakah Kiai sudah pernah ke sana?” Hari meneruskan pertanyaannya dengan sikap mengejek. Namun, Kiai Burhan tetap menjawabnya dengan sikap ramah, “Saya belum pernah ke sana.”
                Hari mengomel, ”Belum pernah ke sana saja, ceritanya seperti sudah pernah ke sana.” Walaupun agak mendongkol, Kiai Burhan tetap nersikap ramah. “Lha, kalau Saudara Hari bagaimana, “Kiai Burhan balik bertanya.
                “Maksud Kiai?” Hari bertanya sambil menegernyitkan dahinya.
                “Saudara percaya adanya surga dan naeraka atau tidak?” jelas Kiai Burhan.
                Dengan sombong Hari menyahut, “Tidak! Saya tidak percaya. Manusia kalau sudah mati, jadi tulang belulang habis perkara. Tidak ada apa-apa. Tidak ada surga. Tidak ada neraka!”
                Kiai Burhan kemudian bertanya kepada jamaah lainnya, “Apakah Saudara yakin bahwa besok akan ada surga dan neraka?”
                “Yakin betul!” jawab mereka serempak. “Apakah Saudara sudah pernah ke sana sehinggah Saudara yakin betul?” Belum!” jawab mereka serempak.
                “Nah!” Kian Burhan melanjutkan ceramahnya, “Untuk meyakinkan keberadaan surga dan neraka kita memang tidak harus ke sana, Alloh swt. telah menjelaskan semua itu di dalam Al-Qur’an. Kita sebagai umat Islam harus memahami dan mempercayai isinya. Keyakinan kita terhadap isi Al-Qur’an itulah yang menunjutkan bahwa kita adalah benar-benar orang yang beriman. Marilah hal itu kita renungkan bersama! ”Kiai Burhan menutup ceramahnya.
(Dikutip dengan perubahan dari 30 Kisah Teladan, Bandung: CV Rosda, 1988)

Zikir & Pikir
Ingatlah hari di waktu Alloh mengumpulkan para rasul, lalu Alloh bertanya, “Apa jawaban kaummu terhadap seruanmu?” Para rasul menjawab, “Tidak ada pengetahuan kami, sesungguhnya Engkaulah yang mengetahui perkara gaib.” (Q.S. Al-Ma’idah: 109)



                Al-Nia

Sikap-sikap Terpuji


Setelah Umar bin Abdul Aziz diangkat menjadi khalihah, ia menulis sepucuk surat kepada Hasan al-Basri, seorang ulama yang termasyhur pada zamannya. Umar bin Abdul Aziz meminta nasihat tentang bagaiman sifat dan perilaku seorang pemimpin dan imam yang baik. Hasan al-Basri membalas surat Umar bin Abdul Aziz tersebut. Hasan al-Basri berkata dalam suratnya, “Ya Amirulmukminin! Alloh swt. menjadikan imam itu sebagai pelurus sesuatu yang condong, tempat berlindung orang yang tertindas, memperbaiki sesuatu yang rusak, menguatkan sesuatu yang lemah, dan tempat mengedu orang yang mengalami kemalangan.”

Hasil gambar untuk gambar surat kartun

“Imam yang adil ya Amirulmukminin! Laksana seorang pengembala unta. Akan dihalaunya unta-untanya ke padang yang subur rumputnya, dijaukan dari tebing yang curam, dijaga dari serangan binatang buas, dan dipeliharanya dari panas dan dingin,
“Imam yang adil ya Amirulmukminin! Laksana seorang ayah yang mencintai anak-anaknya. Di waktu kecil ia mengasuhnya, setelah besar ia mndidiknya. Ketika masih hidup, segala usaha adalah untuk anaknya, dan setelah mati, harta peninggalnya adalah untuk anak-anak meraka juga,”
“Imam yang adil ya amirulmukminin! Laksana seorang ibu yang mangasihi anaknya. Dikandungnya dan dilahirkanya anak itu dengan penuh rasa sakit. Di waktu kecil diasuhnya dan dibelainya, matanya tak pernah tertidur karena manjaga anak itu. Kalau anaknya sakit, dia terlebih dahulu sakit, kalau anaknya senang, dia yang terlebih dahulu gembira.”
“Imam yang adil ya amirulmukminin! Adalah pelindung anak yatim yang menerima wasiat dari ayah itu ketika ia akan wafat. Imam yang adil adalah tempat penyimpanan barang bagi si miskin, yang diasuhnya dan dibelanya.”
“Iman yang adil ya amirulmukminin! Kerajaanya yang laksana hati di dalam tubuh mamusia. Baiknya tubuh kerena baiknya hati dan rusaknya tubuh karena rusaknya hati.”
“Iman yang adil ya amirulmukminin! Adalah seorang yang tagak di batas, diantara Alloh dan hamba-Nya. Didenganya kalam Alloh lalu disampaikannya kepada rakyatnya. Dilihatnya wajah Alloh lalu disampaikannya penglihatan itu kepada mereka. Ia berpegang kepada jalan Alloh dalam menuju kebahagiaan, lalu dibimbingnya pula kaumnya sehingga mereka turut merasakan kebahagiaan.”
(Dikutip dengan perubahan dari Lembaga Budi  karya Prof.Hamka, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1985)
Zikir & Pikir
Krisis akhlak merupakan salah satu sebab merosotnya negara kita ini. Orang sudah tidak lagi memedulikan norma moral dalam berbagi segi kehidupan. Kita berpolitik secara haram, berbisnis secara haram, dan bekerja saling menjatuhkan. Sebagai umat Islam, kita harus memperbaikinya. Hal itu kita lakukan dengan cara memulai dari diri sendiri.


                Al-Nia 

Mawaris


Pak Ahmad seorang petani yang kaya raya. Sawahnya sangat luas. Usahanya adalah bercocok tanam padi, sayur-sayuran, dan buah-buahan. Karena usahanya yang tidak kenal lelah, ia berhasil menjadi orang yang kaya dan dihormati di desanya. Ia memiliki beberapa rumah yang besar dan mewah yang di tempatinya bersama anak istrinya.

Hasil gambar untuk gambar seorang petani dan anaknya

Pak Ahmad dikaruniai tiga orang anak yang sudah dewasa. Anak pertama bernama Helmi, anak kedua bernama Hajrul, dan anak yang ketiga bernama Hardi, karena usianya sudah tua Pak Ahmad sering jatuh sakit. Pada suatu ketika Pak Ahmad menderita sakit parah. Menurut dokter, Pak Ahmad sangat kecil harapannya untuk sembuh.
Mendengar kabar itu, ketiga anaknya merasa sedih. Hajrul adalah anak yang terlihat paling sedih. Setiap hari dia menunggui ayahnya. Akan tetapi, kesdihan Helmi dan Hardi agaknya lain. Mereka terlihat mondar-mandir dan sangat gelisah. Mereka menengok ayahnya kadang-kadang saja. Rupa-rupanya benak mereka dipenuhi pemikiran tentang warisan ayahnya.
Helmi berpendapat, sebagai anak tertua ia lebih berjasa dibanding adik-adiknya. Oleh karena itu, pantas rasanya kalau I mendapatkan bagian sawah di pinggir desa yang subur itu. Demikian pula Hardi, ia juga merasa pantas kalau mendapat sawah di pinggir desa yang subur itu karena pada kenyataannya dialah yang sering membantu ayahnya mengelolah sawah itu.
Beberapa hari kemudian, Pak Ahmad benar-benar meninggal dunia. Hajrul terlihat sangat kehilangan ayahnya. Lain halnya dengan kedua saudaranya. Mereka malah terlibat pertengkaran karena berebut warisan sawah yang subur itu. Hajrul kebinggungan menghadapi ulah kedua saudaranya itu. Akhirnya, keesokan harinya Hajrul mengajak mereka berdua menghadap petugas KUA setempat. Dari petugas itu. Mereka mendapat pengarahan bahwa harta warisan sudah ada tata cara pembagiannya dalam agama Islam. Bagian-bagian tiap ahli waris pun sudah ada ketentuannya pula. Dengan demikian, hal itu janganlah menjadi sebab pertengkaran diantara saudara.
Setelah mendengar penjelasan tersebaut, Helmi dan Hardi akhirnya mengerti. Mereka berjanji akan menerima ketentuan dari petugas KUA yang akan melaksanakan pembagian harta warisan ayahnya.

Zikir & Pikir
Kerap kali masalah warisan menjadi pemicu timbulnya perpecahan anggota keluarga. Masalah warisan dapat menimbulhan saling memfitnah dan saling mendendam, bahkan sampai terjadi saling membunuh. Penyebab semua itu adalah karena ketentuan hukum warisan menurut Islam belum dipegang teguh oleh semua pihak.

                Al-Nia



Toleransi dan Etos Kerja

Nabi Muhammad saw. adalah seorang pekerja keras. Beliau bekerja untuk dirinya sejak masih kecil. Ketika itu, beliau mengembalakan kambing milik orang lain. Saat beranjak remaja, beliau mulai mengenal dunia perdagangan. Karena sifatnya yang jujur dan bisa dipercaya, beliau dipercayai oleh Khadijah binti Khuwailid untuk menjalankan usaha dagangnya. Khadijah adalah seorang wanita pengusaha yang berhasil dan kaya. Nabi Muhammad saw. membawa barang dagangan Khadijah ke negeri Syam (Suriah). Setelah beliau diangkat manjadi rasul, beliau bekerja lebih keras lagi.
Hasil gambar untuk gambar pekerja keras penggembala kambing
                Sahabat Nabi Muhammad saw., Umar bin khattab berpesan kepada kita, “Janganlah kamu sekali-kali duduk berpangku tangan, tidak mau bekerja keras mencari rezeki itu kepada Alloh swt. Ketahuilah bahwa lagi tidak akan pernah menurunkan hujan emans atau perak!”.

Zikir & Pikir
Maka disebabkan rahmat Alloh kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka, sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah meraka menjaukan diri dari sekelilingmu. Karena itu, maafkan lah mereka yang bermusyawarah dengan mereka dalam urusan itu. (Q.S. Ali ‘Imran: 159)


Al-Nia

Rabu, 31 Agustus 2016

Hawa adalah Wanita Pertama di Surga

          QS Al-Baqarah, 2: 35

Allah Swt. Memberitakan kemuliaan yang diberikan kepada Adam sesudah dia menyuruh malaikat untuk bersujud kepada Adam. Lalu Allah memerintahkan Adam untuk tinggal di surga, makan dan minum sepuasnya. Abu Dzar Ra. Bertanya, ‘’Apakah Adam itu seorang Nabi?’’ Nabi Saw. Menjawab, ‘’Ya, dia seorang nabi dan rasul yang berbicara langsung dengan Allah, yaitu ketika Allah berfirman, {…Tinggallah kamu dan istrimu di dalam surga…}

        Adam As. Sudah sudah terlebih dulu tinggal di surga, lalu Hawa diciptakan sebagai permpuan pertama untuk menemaninya sesuai perintah Allah Swt. Pada suatu masa, iblis berhasil menggoda mereka. Lalu turunlah perintah Allah Swt untuk mengeluarkan Adam dan Hawa keluar daru surga karena melanggar perintahnya-Nya.
        Ibnu Mas’ud dan beberapa sahabat berkata, ‘’Iblis diusir dari surga, sedangkan Adam As. di tempatkan di surga. Adam pun berjalan-jalan kesepian di surga. Tiba-tiba dia tertidur. Ketika bangun, Hawa telah berada di sampingnya untuk tinggal bersamanya. Lalu, Hawa disapa oleh Adam, ‘’Siapakah engkau?’’ Hawa menjawab, ‘’Saya seorang wanita. ‘’Kemudian ditanya lagi, ‘’Untuk apa engkau diciptakan? ‘’Hawa menjawab, untuk tinggal bersamamu di surga. ‘’Malaikat ingin mengetahui ilmu Adam seraya bertanya, ‘’Siapa namanya wahai Adam? Adam menjawab, “Hawa” Kemudian ditanya lagi, “Kenapa Hawa?” Adam menjawab lagi, “Karena dia diciptakan dari benda hidup.”
        Manusia dapat meraih kedudukan malaikat dengan cara menepati janjinya kepada Allah, mengendalikan kehendaknya, tida tunduk pada syahwatnya, dan mampu mengatasi godaan setan. Terjerumus dalam kesesatan akan mencelakakan dan menjauhkan martabat manusia kepada kehinahan melebihi kehinaan binatang. Kisah ini mengingatkan kepada manusia agar selalau waspada di berbagai kesempatan karena setan akan terus mengganggu anak cucu Adam sampai hari kiamat, sesuai janjinya kepada Allah Swt. (Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur’anil ‘Azim, Jilid 1, 1996: 82-83).


        (Al-Nia)

Selasa, 30 Agustus 2016

Seruan agar Wanita Menyembah Allah

QS AL-Baqarah, 2: 21

Inilah seruan kepada seluruh manusia, baik laki-laki maupun perempuan, agar menyembah Allah Swt. Yang telah menciptakan dan menuntut mereka untuk memurnikan ibadah hanya kepada-Nya.

Ibnu Mas’ud Ra. Bertanya kepada Rasulullah Saw., ‘’Hai Rasulullah, apa dosa besar disisi Allah?’’ Rasulullah Saw. Menjawab, ‘’Engkau menyekutukan Allah, padahal Allah yang telah menciptakanmu.’’ (HR Bukhari Muslim).

Al-Harits Al-Asy’ari Ra. Berkata, Nabi Saw. Bersabda, ‘’Sesungguhnya Allah Swt. Menyuruh Yahya bin Zakaria As. Supaya mengerjakan lima perkara dan menyuruh Bani Israil untuk melaksanakannya, tetapi ia lambat menyampaikan hal tersebut kepada Bani Israil, sehingga ia ditegur oleh Isa As., ‘’Sungguh Allah telah menyuruhmu melaksanakan lima perkara dan menyuruh Bani Israil supaya melaksanakannya. Jika engkau tidak dapat menyampaikannya, maka akulah yang akan menyampaikannya. ‘’Yahya menjawab, ‘’Hai saudaraku, aku khawatir jika engkau yang menyampaikannya, maka aku akan disiksa dan dibinasakan-Nya,’’ Lalu Yahya segera mengumpulkan Bani Israil di Baitul Maqdis hingga memenuhi ruangan masjid. Kemudian dia duduk di atas mimbar seraya berkata, ‘’Allah telah menyuruhku melaksanakan lima perkara: pertama, hendaklah kalian menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya. Kedua, dia menyuruh kalian mengerjakan Sholat. Ketiga, dia menyuruh kalian berpuasa. Keempat, dia menyuruh kalian besedekah. Dan kelima, dia menyuruh kalian berzikir.’’ Rasul Saw. Bersabda, ‘’Dan aku menyuruh kamu melaksanakan lima perkara yang diperintahkan Allah kepadaku, yakni bersatu (berjamaah), mendengar dan menaati pemimpin, berhijrah dan berjihad di jalan Allah. Sesungguhnya barangsiapa yang keluar dari Jama’atul Muslimin walau sejengkal saja, berarti mereka telah melepaskan ikatan islam dari lehernya. Dan barangsiapa yang mengajak kembali kecara jahiliyah, maka ia termasuk penghuni jahannam.’’ Sahabat bertanya, ‘’Ya Rasulullah, walaupun ia sholat dan puasa?’’ Nabi Saw. Menjawab, ‘’Walaupun dia sholat, puasa dan mengaku muslim. Maka sebutlah kaum muslimin itu dengan telah ditentukan oleh Allah Swt., yaitu Al-Muslimin, Al-Mu’minin dan ‘Ibadullah.’’ (HR Ahmad).(Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur’anil ‘Azim, Jilid 1, 1996: 60-61).


                                                                                                                                                                    
(Al-Nia)